Soal Moral Warga DKI

Setelah menonton debat resmi yang diselenggarakan KPU, kita dapat melihat dari ketiga paslon memiliki arahnya tersendiri. Masing - masing dari paslon terlilhat memiliki karakter, cara pembenahan, dan jalan yang berbeda. Agus-Sylvi membenahi dari cara yang sifatnya langsung, dan paling bertentangan dengan pasangan petahana. Ahok-Djarot seperti biasa menyuguhkan hasil data implementasi yang telah berhasil dilakukannya dan menepis anggapan banyak orang tentang alasan dan sebab-akibat dari implementasi tersebut. Anies-Sandi berkutat pada masalah pembangunan manusianya bukan hanya materil dan cenderung tidak bertentangan dengan implentasi pembangunan materil yang Ahok-Djarot lakukan, walaupun dalam hal cara mereka berbeda.

Ketenangan sangat dimiliki oleh paslon nomor urut 2 dan 3, sedangkan paslon nomor urut 1 terlihat gugup. Namun wajar, jika dilihat dari background cagub nomor urut 1 yang berasal dari militer. Setelah menonton debat ini, saya jatuh hati pada bapak Anies-Sandi. Mereka benar bahwa moral sangatlah penting, walaupun pembangunan materil juga penting. Jakarta telah memiliki MRT, LRT, Transjakarta, Commuter Line, dan angkutan massal lainnya. Jalan layang telah banyak dibangun, sungai diberi penyangga beton dan dikeruk, itu adalah kerja nyata Ahok-Djarot.

Bicara soal moral, ini menjadi begitu penting karena pembangunan infrastruktur yang bersifat materil harus dibarengi dengan pembangunan moral, karakter, ataupun kepribadian yang baik. Gagasan tentang jam 7 - 9 adalah jam belajar atau mengaji bagi pelajar adalah gagasan yang baik, seandainya gagasan ini berhasil diterapkan maka mungkin kita tidak akan menjumpai lagi anak SD dan SMP nongkrong dan pacaran dijalan, dan masih banyak lagi gagasan yang menangani soal itu. Seperti Bupati Purwakarta, Pak Dedi juga memandang serius mengenai moral, dan melahirkan banyak kebijakan yang berkaitan dengan pembenahan moral.
Di Bandung, Ridwan Kamil dalam membangun infrastrukutur juga melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, ia banyak membangun fasilitas publik yang meperhatikan kultur budaya, seni dan kondisi sosial yang terjadi di Bandung.

Semua infrastruktur yang kita butuhkan terkait transportasi sudah atau sedang dibangun, dan sisanya hanya tinggal pembenahan. Tapi moral, belum ada yang memperhatikan itu. Maka dibutuhkan pemimpin yang melihat pada kualitas manusia yang dibarengi dengan ajaran nilai, banyak kota di negara maju yang warganya cerdas tapi kepedulian terhadap sesamanya minim seperti di Hongkong. Kita tidak ingin seperti itu, kita ingin Jakarta menjadi kota yang maju dalam infrastruktur sekaligus berbudaya dan memiliki kepedulian didalam masyarakatnya.

Dan saya merasa paslon Anies-Sandi mampu menerapkannya, melihat riwayat pendidikannya yang sangat baik. Bila masyarakat ribut soal "Ahok bagus pembangunannya, sayangnya kasar dan sulit diajak berdialog", dan kebimbangan saya sudah terjawab oleh paslon Anies-Sandi bahwa ia memiliki program yang kongkret soal pembangunan, pandai berdialog dengan yang berbeda dan memiliki visi besar terkait pendidikan moral bagi warganya.

Tulisan ini hanyalah pendapat saya, setelah menonton debat yang diselenggarakan KPU. Apapun yang anda pilih, lihatlah lebih dulu program kerjanya masing-masing. Setiap calon telah menyediakan website yang dapat diakses untuk melihat program kerja kedepan. Jikapun anda memiliki perbedaan pilihan dengan saya itu wajar, karena setiap dari kita memiliki dasar pengambilan keputusan yang berbeda. Terima kasih, telah membaca tulisan curahan hati saya sampai akhir  dan rela menyisihkan waktunya.

Didik Priyo Utomo

1 Komentar