Waktu kecil pernah berfikir, senangnya bersekolah. Mengingat mereka, anak-anak baru yg pulang sekolah dengan senyum indahnya saat itu dan rasanya ingin seperti mereka. Waktu begitu terasa cepat SD, SMP, dan sekarang ini SMA. Teringat masa kecil yang pernah berfikir sekolah itu menyenangkan, 'hahaha' entah mengapa ada kelucuan bila mengingat masa itu. Sudah melewati MOS, pesantren kilat dan ini merupakan hari pertama bersekolah dengan tittle SMA. Begitu melewati mading ada keramaian yg membuat penasaran, setelah akhirnya melihat dan terdapat dalam surat pemberitahuan itu menyatakan bahwa guru akan menjelaskan tentang kurikulum 2013, yang nampaknya pernah terdengar disiaran televisi. Begitu guru sudah menjelaskan kurikulum itu, cukup kaget. Ternyata pemerintah telah menyiapkan kurikulum baru yang katanya lebih menuntun siswa lebih aktif, kreatif, dan punya life skill yg memadai untuk hidup dimasyarakat. Kagum, namun aneh ketika pada saat itu guru yg sedang menjelaskan tentang kurikulum baru, yang pertama kali ia disebutkan adalah tugas yg semakin banyak.
Tercengang, semua wajah murid satu kelas heran dan suara celetukan murid terdengar 'ini aja udah banyak, mau sebanyak apa lagi'. Masuk sekolah pukul 06.30 dan pulang pukul 15.00, tugas bertambah banyak, ulangan harian yg rapat, entah apa yang difikirkan bapak2 diatas. Jelas, ini bisa dinamakan penjarahan hak anak, kenapa?dengan jam pulang sekolah yg begitu petang,yg membuat kami baru sampai rumah kira-kira jam 16.00, lalu mandi, sembahyang, makan minimal sampai 18.30. Mungkin maksud pemerintah penambahan waktu ini untuk meminimalisir tawuran, alasan yang baik namun masih bukan solusi yg tepat. Mohon, kami butuh sedikit berkumpul dengan keluarga, pekerjaan kami dirumah hanya mengerjakan tugas, tugas dan memandangi laptop terus menerus. Sedikit teringat dibenak, bapak pernah bilang kurikulum ini lebih menuntut siswa agar lebih aktif dan mempunyai life skill, tapi nyatanya anak2 malah menjadi begitu egois, berambisi dan sangat mendambakan nilai (value), karena dibenak mereka 'nilai gue harus bagus' dan mungkin mindset itu yg membuat kita merasa 'terpaksa' memakai kunci jawaban pada saat UN. Padahal, mungkin menurut bapak itu bisa membuat anak jadi lebih bisa mengamati apa yg dijelaskan oleh guru.Timbul pemberitahuan terakhir dari pemerintah, yg menyatakan bahwa kurikulum ini akan kembali memasukkan hari sabtu sebagai hari wajib bersekolah. Kami semakin bingung pak, ada apa ini?apa negara ini sudah terlalu kehabisan akal untuk membenahi generasi muda?Atau mungkin, berambisi untuk membentuk generasi muda yang berkualitas, tidak seperti pejabat sekarang.
Sedikit browsing di internet, saya menemukan salah satu blog yg mengatakan bahwa indonesia adalah salah satu negara dengan jam belajar terbesar, tapi toh kita tidak pernah menjadi negara yg besar. Sedikit saran pak, yang dibutuhkan indonesia adalah perubahan mental yang baik, kita perlu generasi muda yg begitu semangat berangkat ke sekolah, bisa membagi waktu dengan keluarga, dan lebih bisa berkspresi dengan kreatifitas atau hobi yang ada seperti skateboard, graffiti, menyanyi, atau bahkan boyband, dll yg sekarang blm tentu kami bisa lakukan. Bukan itukah yang disebut lifeskill, bahkan banyak negara maju mendukung begitu banyak komunitas seperti itu. Mungkin anda akan menjawab 'ekskur disekolahkan ada' memang ada, namun itupun dengan waktu dan kendali sekolah yg ketat. Karena dalam komunitas kami bisa pandai bergaul, berdiskusi, dsb. Maksud kami bukan menuntut kebebasan, mungkin anda berfikir bahwa kami seperti ini karna kami tidak suka belajar, atau mungkin 'ya namanya anak2, biarkan sajalah'. Kami ingin belajar pak, kami sangat ingin merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Sekali lagi, beri kami sedikit waktu untuk bisa bercengkrama dengan teman, masyarakat sekitar, dan keluarga dirumah. Dan yang perlu diingat, ada pepatah yang mengatakan 'Tidak ada murid yang buruk, hanya guru yang buruk'.
Salam dari saya, seorang pelajar di Indonesia.
0 Komentar